Film Ini Ajarkan Remaja Peduli Lingkungan dan Mencari Solusinya
A
A
A
JAKARTA - Kisah inspiratif ilmuwan remaja dari empat negara yaitu Indonesia, Hawaii, India dan Meksiko yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan di sekitarnya diperlihatkan dalam film "Inventing Tomorrow". Tidak sekadar peduli, para remaja tersebut juga mencoba mengatasi masalah lingkungan yang dihadapinya melalui sebuah penelitian.
Masalah yang dihadapi para remaja tersebut pun terbilang kompleks. Sutradara Inventing Tomorrow, Laura Nix mengatakan bahwa film ini dilatarbelakangi oleh penelitian anak muda, khususnya para remaja yang berkompetisi ilmiah secara internasional yaitu di Intel International Science and Engineering Fair (ISEF) pada 2017 di Los Angeles, Amerika Serikat.
ISEF sendiri merupakan olimpiade pameran sains sekolah menengah yang diikuti sekitar 1.800 finalis yang berasal lebih dari 75 negara setiap tahunnya. Setiap siswa menghabiskan ratusan jam untuk proyek-proyek mereka dan mendapat panduan dalam penelitian mereka oleh mentor universitas yang berdedikasi. Mereka menciptakan solusi inovatif guna memperbaiki ancaman lingkungan langsung di lingkungan mereka sendiri.
"Film sebelumnya tentang perubahan iklim. Pekerjaan yang terkait dengan perubahan iklim membuat kita mencari tentang harapan kedepan dan optimistis ini didapat tahun 2016 saat datang di ISEF kali pertama dan ketemu banyak anak muda berbakat dan punya keterkaitan tentang lingkungan. Bagaimana terhubung dengan lingkungan hidup dan berdampak sama kita sangat penting untuk kita," kata Laura saat jumpa pers di @america, Jakarta, Selasa (2/3).
Dalam proses pembuatan film, Laura dan tim mengikuti perjalanan mereka di ISEF 2017 selama satu seminggu perjalanan. Berbeda dari film dokumenter lainnya, Laura ingin film garapannya ini tidak hanya berfokus pada kemenangan dan kekalahan pada sebuah kompetisi. Melainkan fokus pada bagaimana orang-orangan lewat sains dan teknologi berkontribusi ke permasalahan lingkungannya.
"Dalam proses pembuatan film dokumenter di sebuah kompetisi kebanyakan director mengikuti siapa pemenangnya dan membuat perjalanan mundur hingga sampai ke pemenang tapi saya tidak. Pertama saya pilih empat tim untuk difilmkan dan dua tim yang mendapatkan kemenangan dan seluruh tim menangis," jelasnya.
"Saya menginterviu 200 orang di dunia sampai menemukan projek yang diinginkan. Selain memilih 200 orang, saya juga melakukan analisis data sekitar 5 tahun di mana negara yang punya proyek berdampak pada lingkungan dan Indonesia 60-70 persen berdampak pada lingkungan hidup. Ketika melakukan interviu kadang lewat Skype dan translator fokus ke pelajar tentang cerita. Jadi enggak cuma fakta dan data tapi juga latar belakang apa yang ada di proyek ini," lanjutnya.
Sementara, Indonesia diwakili oleh sosok Intan Utami Putri dan Shofi Latifah Nuha Anfaresi yang saat itu keduanya adalah pelajar SMAN 1 Sungailiat, Bangka dan merupakan pemenang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) LIPI tahun 2016. Melalui penelitian ini, keduanya mencoba mengatasi masalah yang ada di lingkungannya yaitu dampak buruk pencemaran akibat aktivitas pertambangan timah di perairan pantai Bangka. Hal ini memicu mereka untuk melakukan penelitian.
"Dari SD pas kelas 2-3 SD, orangtua bilang, 'Ini loh tambang timah, buruk karena tambang timah', dan kok banyak ya masalah karena tambang timah di darat. Dan sekarang banyak di laut karena timah di darat semakin sedikit. Aku merasa kok masalah penambangan timah masih aja enggak selesai dan mainstream diomongin orang dan kita buat solusi dan riset. Kita perlu expert yang bisa ajarin kita. Salah satunya ke LIPI dan mereka menyetujui. Mereka membimbing kita dari situ bisa cari mudahnya menyelesaikan masalah di Bangka," papar Nuha.
Intan dan Nuha melakukan penelitian menggunakan pasir timah dari laut Bangka untuk menurunkan kadar logam berat timbal pada hasil samping proses pengolahan biji timah. "Banyak banget yang mengeluh. Lingkungan rusak, kita memberikan solusi," ungkap Intan.
Melalui film ini, baik Laura, Intan dan Nuha berharap dapat menginspirasi anak muda untuk lebih peduli akan lingkungan sekitar dan mencari solusi dari masalah yang ada melalui meneliti. Selain itu, film Inventing Tomorrow sendiri masuk dalam nominasi Grand Jury Prize di Sundance Film Festival 2018 serta menjadi pemenang Documentary Competition Award dalam Seatlle International Film Festival 2018.
Masalah yang dihadapi para remaja tersebut pun terbilang kompleks. Sutradara Inventing Tomorrow, Laura Nix mengatakan bahwa film ini dilatarbelakangi oleh penelitian anak muda, khususnya para remaja yang berkompetisi ilmiah secara internasional yaitu di Intel International Science and Engineering Fair (ISEF) pada 2017 di Los Angeles, Amerika Serikat.
ISEF sendiri merupakan olimpiade pameran sains sekolah menengah yang diikuti sekitar 1.800 finalis yang berasal lebih dari 75 negara setiap tahunnya. Setiap siswa menghabiskan ratusan jam untuk proyek-proyek mereka dan mendapat panduan dalam penelitian mereka oleh mentor universitas yang berdedikasi. Mereka menciptakan solusi inovatif guna memperbaiki ancaman lingkungan langsung di lingkungan mereka sendiri.
"Film sebelumnya tentang perubahan iklim. Pekerjaan yang terkait dengan perubahan iklim membuat kita mencari tentang harapan kedepan dan optimistis ini didapat tahun 2016 saat datang di ISEF kali pertama dan ketemu banyak anak muda berbakat dan punya keterkaitan tentang lingkungan. Bagaimana terhubung dengan lingkungan hidup dan berdampak sama kita sangat penting untuk kita," kata Laura saat jumpa pers di @america, Jakarta, Selasa (2/3).
Dalam proses pembuatan film, Laura dan tim mengikuti perjalanan mereka di ISEF 2017 selama satu seminggu perjalanan. Berbeda dari film dokumenter lainnya, Laura ingin film garapannya ini tidak hanya berfokus pada kemenangan dan kekalahan pada sebuah kompetisi. Melainkan fokus pada bagaimana orang-orangan lewat sains dan teknologi berkontribusi ke permasalahan lingkungannya.
"Dalam proses pembuatan film dokumenter di sebuah kompetisi kebanyakan director mengikuti siapa pemenangnya dan membuat perjalanan mundur hingga sampai ke pemenang tapi saya tidak. Pertama saya pilih empat tim untuk difilmkan dan dua tim yang mendapatkan kemenangan dan seluruh tim menangis," jelasnya.
"Saya menginterviu 200 orang di dunia sampai menemukan projek yang diinginkan. Selain memilih 200 orang, saya juga melakukan analisis data sekitar 5 tahun di mana negara yang punya proyek berdampak pada lingkungan dan Indonesia 60-70 persen berdampak pada lingkungan hidup. Ketika melakukan interviu kadang lewat Skype dan translator fokus ke pelajar tentang cerita. Jadi enggak cuma fakta dan data tapi juga latar belakang apa yang ada di proyek ini," lanjutnya.
Sementara, Indonesia diwakili oleh sosok Intan Utami Putri dan Shofi Latifah Nuha Anfaresi yang saat itu keduanya adalah pelajar SMAN 1 Sungailiat, Bangka dan merupakan pemenang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) LIPI tahun 2016. Melalui penelitian ini, keduanya mencoba mengatasi masalah yang ada di lingkungannya yaitu dampak buruk pencemaran akibat aktivitas pertambangan timah di perairan pantai Bangka. Hal ini memicu mereka untuk melakukan penelitian.
"Dari SD pas kelas 2-3 SD, orangtua bilang, 'Ini loh tambang timah, buruk karena tambang timah', dan kok banyak ya masalah karena tambang timah di darat. Dan sekarang banyak di laut karena timah di darat semakin sedikit. Aku merasa kok masalah penambangan timah masih aja enggak selesai dan mainstream diomongin orang dan kita buat solusi dan riset. Kita perlu expert yang bisa ajarin kita. Salah satunya ke LIPI dan mereka menyetujui. Mereka membimbing kita dari situ bisa cari mudahnya menyelesaikan masalah di Bangka," papar Nuha.
Intan dan Nuha melakukan penelitian menggunakan pasir timah dari laut Bangka untuk menurunkan kadar logam berat timbal pada hasil samping proses pengolahan biji timah. "Banyak banget yang mengeluh. Lingkungan rusak, kita memberikan solusi," ungkap Intan.
Melalui film ini, baik Laura, Intan dan Nuha berharap dapat menginspirasi anak muda untuk lebih peduli akan lingkungan sekitar dan mencari solusi dari masalah yang ada melalui meneliti. Selain itu, film Inventing Tomorrow sendiri masuk dalam nominasi Grand Jury Prize di Sundance Film Festival 2018 serta menjadi pemenang Documentary Competition Award dalam Seatlle International Film Festival 2018.
(nug)